Our social:

5/06/2017

TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

A. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
            Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
            Pertambahan potensi memproduksi sering kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya
            Prof. Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan, dan ideologi yang diperlukannya
Definisi ini memiliki tiga komponen :
1.      Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan      barang.
2.      Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat   kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.
3.      Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan penyesuaan di bidang kelembagaan         dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara     tepat dimanfaatkan.
4.      Teori pertumbuhan ekonomi sebagai penjelasan mengenai faktor mengenai faktor – faktor apa        yang menentukan kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, dan mengenai bagaimana            faktor mengenai bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi faktor satu sama lain sehingga    terjadi proses pertumbuhan.
            Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
B. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
1.     Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2.     Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3.     Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4.     Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

5.     Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK.Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi )

Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah :
1.    Korupsi
Korupsi akan mempersulit pembangunan karena akan membuat kekacauan dan ketidakefisienandalam pembelanjaan.
2.    Laju inflasi
Inflasi akan berdampak pada menurunnya indeks kepercayaan konsumen karena masyarakat cenderung mengurangi belanja karena berhati-hati terhadap resiko kenaikkan harga tinggi.
3.    Tingkat suku bunga
Tingkat suku bungan akan mempengaruhi investasi.
4.    Kenaikkan harga bahan bakar minyak
 Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional karena dampak kebijakan tersebut menimbulkan "multiplayer effect" menyeluruh terhadap perekonomian.
5.    Situasi keamanan yang tidak kondusif
Ada beberapa pandangan untuk menciptakan kondisi ekonomi yang kokoh dibutuhkan stabilitas politik dan keamanan. Investor yang pada saat ini dianggap sebagai salah satu yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak akan mau menanamkan modalnya (investasi jangka pendek maupun jangka panjang) jika keamanan tidak stabil.

C. Perbedaan dan Persamaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi
            Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikkan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
            Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Perbedaan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yaitu :
Pertumbuhan ekonomi :
1.      Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang
2.      Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan
3.      Tidak memperhatikan pertambahan penduduk
4.      Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
5.      Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi:
1.      Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapital.
2.      Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
3.      Memperhatikan pertambahan penduduk.
4.      Memperhatikan pertambahan penduduk.
5.      Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi memiliki persamaan yaitu :
1.      Kedua-duanya merupakan kecenderungan di bidang ekonomi
2.      Pokok permasalahan akhir adalah besarnya pendapatan per kapita
3.      Kedua-duanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan memerlukan dukungan rakyat.
4.      Kedua-duanya berdampak pada kesejahteraan rakyat

Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu :
1.      Produk Domestik Bruto (PDB),yaitu nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing.
2.       Produk Nasional Bruto (PNB), yaitu nilai barang dan jasa yang dihitung hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung.
1.Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
1.      ALIRAN HISTORIS
            Aliran ini melihat pembangunan berdasarkan perspektif sejarah, metode ini bersifat induktif empiris dengan tokoh-tokohnya adalah :
   1. Friedrich List, menurut dia system liberalisme yang laisezz – faire dapat menjamin alokasi sumberdaya secara optimal. Perkembangan ekonomi tergantung pada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi akan terjadi jika dalam masyarakat ada kebebasan dalam politik dan kebebasan perorangan, fungsi pemerintah disini adalah melindungi kepentingan golongan lemah diantara masyarakat. Pendekatan List perkembangan melalui 5 tahap yaitu tahap primitive, beternak, pertanian, pertanian dan industri pengolahan dan akhirnya pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. Pendekaan List didasarkan pada cara berproduksinya.
    2.  Bruno Hildebrand, mengemukakan adanya evolusi dalam perekonomian masyarakat, dan perkembangan ekonomi didasarkan pada cara distribusi yang digunakan. Karena itu dia mengemukakan adanya tiga cara berdistribusi , yaitu : 1. Perekonomian Barter (natura), 2. Perekonomian uang, 3. Perekonomian Kredit.
    3. Karl Bucher, pendapatnya merupakan sintesa dari dua terdahulu sehingga menurutnya perkembangan ekonomi melalui tiga tahap, yaitu:
a)      Produksi untuk kebutuhan sendiri (subsisten).
b)      Perekonomian kota dimana pertukaran sudah meluas.
c)      Perekonomian nasional dimana pedagang semakin menjadi penting dalam geliat ekonomi.
     4.  Walt Whitman Rostow, teori pembangunan ekonominya sangat popular dan paling banyak mendapatkan komentar dari para pakar.

WW Rostow (The Stages of Economic Growth / 1960) memilih pembangunan ekonomi bisa dibedakan menjadi 5 tahap, yaitu:

1.      Masyarakat Tradisional (the traditional society)
            Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat subsisten.Dalam perekonomian macam ini sector pertanian memegang peranan penting.Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat terbatas.Hal ini menyebabkan barang-barang yang diproduksi sebagian besar adalah komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya.Struktur sosial kemasyarakatan pada masyarakat tradisional bersifat berjenjang.Kemampuan penguasaan sumberdaya yang ada masih sangat dipengaruhi oleh hubungan darah dan keluarga.

2.      Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off)
            Merupakan proses transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Sektor industri mulai berkembang di samping sektor pertanian yang masih memegang peranan penting.Tahap ini merupakan tahap yang menentukan bagi persiapan menuju ke tahap pembangunan selanjutnya, yaitu tahap tinggal landas. Pada tahap ini, perekonomian mulai bergerak dinamis, industri-industri bermunculan, perkembangan teknologi pesat, dan lembaga keuangan resmi sebagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industry manufaktur.

3.      Tinggal landas (the take-off)
            Merupakan tahap yang menetukan dalam keseluruhan proses pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Pengalaman negara-negara Eropa menunjukkan bahwa tahap ini berlaku dalam waktu yang relative pendek yaitu kira-kira dua dasawarsa. Dalam tahap ini akan terjadi Revolusi industri yang berhubungan erat dengan revolusi metode produksi. Tinggal landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan sebagai berikut :
a)      Kenaikan laju investasi produktif antara 5-10% dari pendapatan nasional.
b)      Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan.
c)      Hadirnya secara cepat kerangka politik, social, dan institusional yang menimbulkan hasrat ekspansi di sector modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi.
            Prasyarat pertama dan kedua sangat berkaitan erat satu sama lain. Kenaikan laju investasi produktif antara 5-10% dari GNP pada akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan yang tinggi pada sektor-sektor dalam perekonomian, khususnya sektor manufaktur. Sektor manufaktur diharapkan memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi karena sektor tersebut merupakan indicator dalam perkembangan industrialisasi yang dilakukan.Di samping itu sektor manufaktur adalah sektor yang memiliki keterkaitan besar dengan sektor-sektor lainnya. Jika sektor manufaktur berkembang pesat, maka sektor-sektor lain pun akan terpengaruh untuk berkembang pesat pula. Pada akhirnya pertumbuhan sektor ini akan berakibat pada perkembangan GNP yang lebih tinggi dari kondisi semula.
Prasyarat ketiga ini menunjukkan kesadaran Rostow bahwa perubahan perekonomian pada dasarnya merupakan konsekuensi dari perubahan motif dan inspirasi nonekonomi dari seluruh lapisan masyarakat. Artinya perubahan ekonomi dalam skala besar tidak akan terjadi selama tidak ada iklim kondusif yang memungkinkan perubahan tersebut. Iklim kondusif tersebut adalah perubahan faktor-faktor nonekonomi dari masyarakat yang sejalan dengan proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi.


4.      Menuju kedewasaan (the drive to maturity)
            Ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap sumberdaya yang dimiliki.Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang di mana produksi dilakukan secara swadaya. Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya beberapa sektor penting yang baru. Pada saat suatu negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga perubahan penting yang terjadi, yaitu :
a)      Tenaga kerja berubah dari tidak terdidik menjadi terdidik
b)      Perubahan watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi menajer yang halus dan sopan
c)      Masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan lebih jauh

5.      Masa konsumsi tinggi (the age of high mass- consumption).
            Merupakan tahap akhir dari tahapan pembangunan yang dikemukakan oleh Rostow. Pada tahap ini ditandai dengan terjadinya migrasi besar-besaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat pembangunan kota sebagai sentral bagi tempat bekerja. Penggunaan alat transportasi pribadi maupun umum merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan.Pada fase ini terjadi perubahan orientasi dari pendekatan penawaran (supply side) menuju ke pendekatan permintaan (demand side) dalam sistem produksi yang dianut.Sementara itu terjadi pergeseran perilaku ekonomi yang semula lebih banyak menitikberatkan pada sisi produksi, kini beralih ke sisi konsumsi. Berikut ini terdapat tiga kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap konsumsi besar-besaran :
Penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasionalIngin memiliki satu negara kesejahteraan (welfare state) dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan sosial, dan fasilitas hiburan bagi pekerja.Keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor penting seperti mobil, jaringan rel kereta api, rumah murah, dan berbagai peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik dan sebagainya.
Dasar pembedaan yang dicuatkan Rostow adalah karekteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial dan politik. Perubahan merupakan proses transformasi masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dan merupakan proses yang multidimensional. Selain itu Rostow juga mengemukakan bahwa perubahan akan berdampak pada :
·         Perubahan orientasi ke dalam bergeser pada orientasi ke luar
·         NKKBS
·         Perubahan pola Investasi
·         Perubahan sikap hidup dan adat istiadat.
            Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi produksinya terbatas dan ditandai oleh cara berproduksi  yang primitive yang didasarkan pada ilmu pra Newton dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut telah turun temurun. (Lincolin;1999:48). Ciri-ciri masyarakat tradisional adalah :
·         Produktivitas perkapita yang rendah
·         Sumberdaya masyarakat digunakan untuk sektor pertanian
·         Struktur sosial masyarakat bersifat hierarkis
            Meski nuansa politik bersifat sentralistik namun kekuatan politik ada pada tuan-tuan tanah.Tahap Prasyarat Tinggal Landas merupakan kondisi dimana ditemukan/ditengarai dari  indikasi adanya perubahan dalam masyarakat baik dalam tatanan ekonomi, sosial dan budaya. Tahap ini masyarakatnya dalam masa transisi, dan masyarakat mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self-sustained growth). Pada tahap ini , pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Ciri-ciri masyarakat ini adalah :
·         Penerapan ilmu pengetahuan modern
·         Munculnya entrepreneur
·         Kenaikan investasi
·         Perubahan radikal masyarakat dalam ilmu pengetahuan
·         Perubahan teknik produksi dan pengambilan resiko.
            Selain itu peran sektor pertanian  memiliki peran penting dengan alasan kemajuan sektor ini akan menjamin pasokan bahan makanan, dan kenaikan sektor pertanian akan memperluas sektor industri. Ciri lainnya adalah terjadinya pembangunan sarana / infrastruktur secara besar-besaran. Tahap Tinggal Landas, pada tahap ini pertumbuhan ekonomi akan selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastic dalam masyarakat seperti revolusi politik, inovasi, terbukanya pasar-pasar baru, peningkatan pendapatan nasional yang melebihi pertumbuhan penduduk, sehingga pendapatan perkapita meningkat.Selain itu kemampuan negara untuk menggali permodalan dalam negeri juga meningkat.Meski demikian teori ini mendapatkan respon berupa kritik diantaranya adalah tumpang tindihnya tahapan-tahapan yang ada, periode tahap tinggal landas yang meragukan dan adanya masyarakat yang tidak melalui tahapan tradisional.
            Tahap menuju kedewasaan, adalah suatu tahap dimana masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan produksi. Tahapan ini akan terjadi pola pergeseran sektor mempimpin digantikan oleh sektor baru yang ditengarai oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam dan kebijakan pemerintah yang mendukung proses peralihan tersebut. Tahap konsumsi tinggi, merupakan tahapan terakhir dari teorinya Rostow.Pada tahap ini konsentrasi masyarakat diarahkan pada konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi. Negara yang berada pada posisi ini memiliki 3 macam tujuan yaitu :
·         Memperbesar kekuasaan dan pengaruh luar negerinya, sehingga berorientasi pada liberalisme dengan format baru.
·         Menciptakan Negara kesejahteraan (welfare state).
·         Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok menjadi meliputi barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah.

2.      ALIRAN ANALITIS
Berusaha mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi secara logis dan taat asas (konsisten), tetapi sering bersifat abstrak dan kurang menekankan pada aspek empiris (historisnya). Kajiannya bersifat deduksi teoritis.
       I.            Aliran Klasik
Menurut aliran klasik pertumbuhan ekonomi liberal disebabkan adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi yang sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan. Kemajuan teknologi disebabkan adanya akumulasi kapital atau kemajuan teknologi tergantung pada pembentukan kapital. Adanya akumulasi kapital akan memungkinkan dilaksanakannya spesialisasi atau pembagian kerja melalui mekanisme yang lebih baik sehingga produktivitas tenaga kerja dapat bertambah. Kecepatan pembentukan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan. Sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns), karena sumberdaya alam itu terbatas.
Meningkatnya tingkat keuntungan akan mendorong perkembangan investasi, dan investasi (pembentukan kapital) akan menambah volume persediaan kapital (capital stock). Keadaan ini akan memajukan tingkat teknologi dan memperbesar jumlah uang yang beredar sehingga tingkat upah dapat naik dan selanjutnya kenaikan tingkat upah ini berarti meningkatnya kemakmuran penduduk. Tingkat kemakmuran akan mendorong tambahnya jumlah penduduk dan tambahnya jumlah penduduk menyebabkan berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang. Berlakunya hukum tersebut akan berakibat menurunnya tingkat keuntungan dan turunnya tingkat keuntungan akan menurunkan akumulasi kapital kembali.
Teori-teori perkembangan dari beberapa penganut aliran Klasik diantaranya Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus.
A.     Adam Smith (1723 – 1790)
            Seorang pelopor pembangunan ekonomi dan laissez faire dan pelopor dalam pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Ada dua aspek dalam pergumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. (Arsyad;1999:55). Bagi Smith potensi pasar bisa ditingkatkan bila warga masyarakat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pertukaran dan melakukan kegiatan ekonominya, sehingga Smith bisa juga dikategorikan sebagai penganjur free trade dan laissez faire. Jumlah penduduk menurut Smith akan meningkat bila upah diatas tingkat upah subsisten, artinya adalah bila upah diatas tingkat subsisten maka orang akan kawin muda, tingkat kematian menurun dan jumlah kelahiran meningkat. Tingkat upah ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan tenaga kerja. Upah yang tinggi akan terjadi bila permintaan tenaga kerja lebih besar ketimbang penawaran tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat, karenanya laju permintaan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal.


B.     David Ricardo (1772 – 1823)
            Teori david ricardo fokus kepada keunggulan komparatif. Teorinya tidak jauh beda dengan teori Adam Smith (perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output). Jumlah faktor produksi (SDA, tanah) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya menjadi factor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Teori Ricardo ini diungkapkan dalam bukunyaberjudul The Principles of Political Economy and Taxation (1917).
            Terbatasnya jumlah tanah (faktor produksi) , maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marjinal , hal ini dikenal dengan istilah The law of diminishing returns. Peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja artinya bisa memperlambat bekerjanya the  law of diminishing returns yang pada gilirannya akan memeperlambat pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. inilah inti dari proses pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses ini tidak lain adalah proses tarik menarik antara kedua dua kekuatan dinamis yaitu The law of diminishing returns dan kemajuan teknologi ,yang dimenangkan oleh The law of diminishing returns. Dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai “stasionary state” . Stasionary state merupakan suatu kondisi perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali dan pertumbuhan penduduk yang cepat akan menurunkan pembangunan ke tahap yang rendah.
Ciri-ciri masyarakat mencapai posisi stasioner:
·         tingkat output konstan
·         jumlah penduduk konstan
·         pendapatan per kapita juga menjadi konstan
·         tingkat upah pada tingkat upah minimal
·         tingkat keuntungan minimal
·         akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)
·         tingkat sewa tanah maksimal
Ada 4 perangkat teori yang dikembangkan Ricardo, yaitu :
·         Nilai dan harga barang
·         Teori tentang distribusi pendapatan
·         Teori tentang perdagangan internasional
·         Teori tentang akumulasi dan pertumbuhan ekonomi. Tema pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output.

C.     Thomas Robert Malthus
            Menurut Malthus kenaikan jumlah penduduk ang terus menerus merpakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan. Tetapi kenaikan jumlah penduduk tanpa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain tentu tidak menaikan pendapatan dan tidak menaikan permintaan. Dengan demikian tumbuhnya jumlah penduduk saja justru akan menurunkan tingkat upah dan berarti memperendah biaya produksi. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi, tetapi keadaan ini sifatnya hanya sementara, sebab permintaan efektif (effective demad) akan semakin berkurang karena pendapatan buruh juga semakin berkurang.
            Jadi kenaikan jumlah penduduk saja bukan merupakan pendorong kemajuan ekonomi jika tidak membawa kenaikan permintaan efektif.Menurut maltus, adanya perkembangan ekonami diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus. Kapital akan diterima orang sebagai penghasilan tidak selalu dibelanjakan semua untuk memenuhi kebutuhannya, melainkan ada sebagian yang ditabung.

    II.            Neo Klasik (Solow – Swan)
            Teori ini berkembang sejak tahun 1950-an, dan dasar teori ini berpijak pada aliran klasik.Ekonom pengembang teori ini adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Teori klasik mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada :
Pertambahan penyediaan factor-faktor produksi,
·         Tingkat kemajuan teknologi,
·         Perekonomian akan selalu dalam keadaan full employment,
·         Kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu
·         COR bersifat luwes (output tertentu dicapai dengan kombinasi modal dan  tenagakerja)
·         Keynesian (Harrod Domar)
            Teori ini merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja.Dalam teori ini dikatakan bahwa antara modal dan tenaga kerja tidak bisa saling menggantikan.Teori ini, fungsi produksinya berbentuk L karena sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja tidak substitutif).Teori ini menyempurnakan teorinya Keynes dengan menganalisis syarat-syarat yang dieprlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth). Assumsi yang dipergunakan dalam teori ini adalah:
·         Perekonomian dalam keadaan full employment
·         Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu rumah tangga dan perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
·         Tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti tabungan dimulai dari titik nol.
·         MPS besarnya tetap.

            Dalam teori Harold Domar tersebut, fungsi produksinya berbentuk L karena sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja tidak substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q1 diperlukan modal K, dan tenaga kerja L, dan apabila kombinasi itu berubah maka tingkat output berubah. Untuk output sebesar Q2, misalnya hanya dapat diciptakan jika stok modal sebesar K2.

3.      TEORI SCHUMPETER
            Teori Inovasi Schumpeter dalam Pembangunan EkonomiTeori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman pada tahun 1911, lalu pada tahun 1934 diterbitkan dengan berbahasa Inggris yang berjudulThe Theory of Economic Defelopment. Kemudian Joseph Alois Schumpeter menggambarkan teorinya yang lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang berjudul Business Cycles pada tahun 1939.
Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah landasan teori pembangunannya yaitu keyakinannya bahwa system kapitalisme merupakan system yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun demikian, Schumpeter meramalkan secara pesimis bahwa dalam jangka panjang system kapitalisme akan mengalami kemandegan (stagnasi). Pendapat ini sama dengan kaum klasik.
            Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat.
            Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan out put yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama.
            Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan out put yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta.Inovasi ini berarti perabaikan “teknologi” dalam arti luar, miasalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dsb.Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari system ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreatifitas para wiraswastanya.
            Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan social, polotik, dan teknologi yang menunjang kreatifitas para wiraswastanya. Adanya lingkungan yang menunjang kreatifitas akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis yang mencoba menerapkan ide ide baru dalam kehidupan ekonomi. Mungkin tidak semua perintis tersebut akan berhasil dalam melakukan inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut akan menimbulkan posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima para pengusaha yang tidak berinovasi. Keuntungan monopolistis ini merupakan imbalan bagi para innovator dan sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para calon innovator.Hasrat untuk berionovasi terdorong oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.
§  Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu :
1.   Diperkenalkannya teknologi baru
2.   Menimbulkan keuntungan yang lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal
3.   Inovasi akan di ikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut.
Proses peniruan (imitasi) pada akhirnya akan di ikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut.
§  Proses peniruan ini mempunyai pengaruh berupa :
1.  Menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para innovator
2.   Penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli pencetusnya.
            Kesemua proses yang dijelaskan di atas meningkatkan out put masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah pembangunan ekonomi tersebut.
§  Faktor-faktor Penunjang Inovasi
Menurut Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi yaitu:
1.   Di perkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada
2.   Di perkenalkannya cara berproduksi baru
3.   Pembukaan daerah-daerah pasar baru
4.   Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru        
5.   Perubahan organisasi industry sehingga efisiensi industry

§  Syarat-syarat Terjadinya Inovasi :
1. Harus tersedia cukup calon-calon pelaku inovasi (innovator dan wiraswasta) di dalam masyarakat
2. Harus ada lingkungan social, politik dan teknologi yang bisa merangsang semangat inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi
            Sedangkan yang dimaksud dengan innovator atau entrepreneur adalah orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis yang mempunyai semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi kenyataan.Seorang innovator biasanya berani mengambil resiko usaha, karena memang ide-ide baru tersebut belum pernah diterapkan secara ekonomis sebelumnya. Biasanya mereka berani mengambil resiko usaha tersebut karena :
1.   Adanya kemungkinan bagi mereka meraih keuntungan monopolistis
2.   Adanya semangat dan keinginan mereka untuk bisa mengalahkan saingan-saingan mereka melalui ide-ide baru
Menurut Schumpeter hanya mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang bisa disebut entrepreneur sedangakan pengusaha yang secara hanya mengelola secara rutin perusahaannya bukan entrepreneur melainkan hanyalah seorang manajer. Kunci dalam proses inovasi adalah terdapatnya lingkungan yang menunjang inovasi tersebut. Menurut Schumpeter, system kapitalis dan bebas berusaha yang didukung oleh lembaga-lembaga social politik yang sesuai merupakan lingkungan yang paling subur bagi timbulnya innovator dan inovasi. Hanya dalam system inilah menurutnya  semangat berinovasi paling tinggi.
Selain itu ada 2 faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu :
1.   Tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai
2.   Adanya system perkreditan yang bisa menyediakan dana bagi para entrepreneur merealisir ide-ide tersebut jadi kenyataan.
Runtuhnya Kapitalisme:
1. System kapitalis merupakan system yang paling cocok bagi timbulnya inovasi, pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Dengam demikian menurut Schumpeter bagi Negara-negara sedang berkembang yang berusaha mengejar kemajuan ekonomi (pertumbuhan out put) maka system kapitalisasi tersebut sangat sesuai untuk diterapkan.
2.  Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sekaligus distribusi pendapatannya merata. Distibusi pendapatan yang semakin merata ini disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang akan mengarah kepada barang-barang yang di konsumsi oleh orang banyak sehingga barang-barang menjadi melimpah.
3.  Menurut Schumpeter bahwa dalam jangka panjang system kapitalis akan “runtuh” karena adanya transformasi gradual di dalam system tersebut menuju kearah system yang lebih sosialistis. Ciri dari system kapitalis itu sendiri akan berubah justru karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran. Dengan semakin makmurnya masyarakat maka akan terjadi proses perubahan kelembagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang semakin jauh dari system kapitalis asli.

4.      TEORI KETERGANTUNGAN (DEPENDENCY)
            Menurut Theotonio Dos Santos, Dependensi (ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara – negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara – negara lain, di mana negara – negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Negara – negara pinggiran yang pra-kapitalis merupakan Negara – negara yang tidak dinamis, yang memakai cara produksi Asia yang berlainan dengan cara produksi feodal Eropa yang menghasilkan kapitalisme. Negara – negara pinggiran ini, setelah disentuh oleh kapitalis maju, akan bangun dan berkembang mengikuti jejak Negara – negara kapitalis maju. Namun terdapat kritikan mengenai teori tersebut, bahwa negara-negara pinggiran yang pra-kapitalis mempunyai dinamika sendiri yang bila disentuh oleh Negara – negara kapitalis maju, akan berkembang secara mandiri. Justru karena Negara – negara kapitalis maju ini perkembangan Negara – negara pinggiran menjadi terhambat.
Dos Santos menguraikan 3 bentuk ketergantungan:
1.      Ketergantungan Kolonial
Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran.Kegiatan ekonominya adalah ekspor barang-barang yang dibutuhkan negara pusat.Hubungan penjajah – penduduk sekitar bersifat eksploitatif
2.      Ketergantungan Finansial-Industrial:
Negara pinggiran merdeka tetapi kekuatan finansialnya masih dikuasai oleh negara-negara pusat.Ekspor masih berupa barang – barang yang dibutuhkan negara pusat.Negara pusat menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui kerjasama dengan pengusaha lokal.
3.      Ketergantungan Teknologis-Industrial:
Bentuk ketergantungan baru.Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk negara pusat.Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran. Meskipun demikian teknologi dan patennya masih dikuasai oleh negara pusat.
Dos Santos membahas juga struktur produksi dari sebuah proses industrialis, bahwa:
1.      Upah yang dibayarkan kepada buruh rendah sehingga daya beli buruh rendah.
2.      Teknologi padat modal memunculkan industri modern, sehingga: Menghilangkan lapangan kerja yang sudah ada. Menciptakan lapangan kerja baru yang jumlahnya lebih sedikit.Larinya keuntungan ke luar negeri membuat ketiadaan modal untuk membentuk industri nasional sendiri.Oleh sebab itu, kapitalisme bukan kunci pemecahan masalah melainkan penyebab munculnya masalah ini.
Henrique Cardoso dengan gagasannya “Associated-Dependent Development”menyatakan bahwa produksi dapat dilakukan di Negara – negara pinggiran karena adanya perlindungan sistem paten. Selain itu kebijakan proteksi dan bea masuk mendorong perusahaan multinasional untuk membangun perusahaan di negara pinggiran. Meskipun demikian, industrialisasi di negara pusat dan pinggiran tetap berbeda.

Sifat – sifat industrialisasi di negara pinggiran adalah sebagai berikut:
·         Ketimpangan pendapatan yang makin besar.
·         Menekankan pada produksi barang – barang konsumsi mewah dan bukan barang – barang yang dibutuhkan rakyat.
·         Mengakibatkan utang yang semakin tinggi jumlahnya dan menghasilkan kemiskinan.
·         Kurang terserapnya tenaga kerja.
Peter Evans dengan gagasannya “Dependent Development” menyatakan bahwa produksi sudah diserahkan ke negara pinggiran karena adanya kemajuan teknologi dan menguatnya rasa nasionalisme negara pinggiran.Dalam dependent development terjadi pembangunan industrialisasi di negara pinggiran dengan kerjasama borjuis lokal, muncul perusahaan multinasional raksasa, otak perusahaan tersebut berada di negara pusat dan cabang – cabang yang ada dinegara pinggiran hanya boleh mengambil keputusan operasional di cabang tersebut. Kerjasama antara pemerintah lokal dan modal asing bersifat kerjasama ekonomi sehingga mendorong terjadinya proses industrialisasi. Sedangkan kerjasama antara pemerintah dengan borjuis local bersifat politis untuk mendapatkan legitimasi politik, kaitannya dengan nasionalisme negara tersebut.Nasionalisme yg ada di negara pinggiran tidak dimaksudkan untuk membuat negara tersebut menjadi mandiri tetapi sebagai alat untuk memeras perusahaan multinasional tersebut.
Robert A. Packenham (1974), mengajukan kritik atas teori ketergantungan dengan menyebutkan kekuatan teori ketergantungan dan kelemahan teori ketergantungan.
 Menurut Packenham, kekuatan teori ketergantungan antara lain:
·         Menekankan pada aspek internasional.
·         Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri (industri terhadap pinggiran).
·         Mengkaitkan perubahan internal negara pinggiran dengan politik luar negeri negara maju.
·         Mengaitkan antara analisis ekonomi dengan analisis politik.
·         Membahas antar kelas dalam negeri dan hubungan kelas antar negara dalam konteks internasional.
·         Memberikan definisi yang berbeda tentang pembangunan ekonomi (tentang kelas – kelas sosial, antar daerah dan antar negara).
 Sedangkan kelemahan teori dependensi antara lain:
·         Hanya menyalahkan kapitalisme.
·         Konsep kunci yang kurang jelas termasuk istilah “ketergantungan”.
·         Ketergantungan dianggap sebagai konsep yang dikotomis.
·         Tidak ada kemungkinan lepas dari ketergantungan.
·         Ketergantungan dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
·         Ketergantungan tidak melihat aspek psikologis.
·         Ketergantungan menyepelekan konsep nasionalisme.
·         Teori Ketergantungan sangat normatif dan subyektif.
·         Hubungan antarnegara dalam teori ketergantungan bersifat zero-sum game (kalau yang satu untung, yang lain rugi), padahal kenyataannya tidak ada hubungan yang bersifat seperti itu.
·          Karena konsepnya tidak jelas maka tidak dapat diuji kebenarannya, sehingga teori ini menjadi tautologies (selalu benar).
·         Menganggap aktor politik sebagai boneka dari kepentingan modal asing.
·         Kajian yang kurang rinci dan tajam akibatnya teori ini kurang dapat dipergunakan untuk menganalisis dengan tajam.
Teori ketergantungan dari John A Hobson.menjelaskan imperialisme dan kolonialisme melalui motivasi keuntungan ekonomi. Teori ini merupakan kelompok teori Gold, yang menjelaskan, bahwa terjadinya imperialisme karena adanya dorongan untuk mencari pasar dan investasi yang lebih menguntungkan. Ketika pasar dalam negeri telah jenuh atau pasar dalam negeri terbatas, maka mereka mencari pasar baru di Negara – negara lain. Menurut Vladimir Ilich Lenin, imperialisme merupakan puncak kapitalisme. Kapitalisme yang semula berkembang dari kompetisi pasar bebas, mematikan perusahaan – perusahaan lain dan memunculkan kapitalisme yang menguasai pasar. Walaupun bentuknya pada jaman sekarang ini tidak menggunakan armada militer, namun dampaknya tetap saja merugikan negara yang menjadi objek penanaman investasi mereka.
Teori ketergantungan pada dasarnya menyetujui, bahwa yang menjadi penyebab ketergantungan adalah kekurangan modal dan kurangnya tenaga ahli. Tetapi faktor penyebabnya adalah proses imperialisme dan neo imperialisme yang menyedot surplus modal yang terjadi di negara pinggiran ke negara pusat. Akibat pengalihan surplus ini, negara pinggiran kehilangan surplus utama yang dibutuhkan untuk membangun negerinya. Maka, pembangunan dan keterbelakangan merupakan dua aspek dari sebuah proses global yang sama. Proses global ini merupakan proses kapitalisme dunia. Di kawasan yang satu, proses itu melahirkan pembangunan, di kawasan yang lain, menyebabkan lahirnya keterbelakangan.
Keterbelakangan yang dialami oleh negara-negara berkembang yang telah secara intensif mendapat bantuan dari negara-negara maju menyebabkan ketidakpuasan terhadap asumsi – asumsi yang dikemukakan oleh teori modernisasi.Keadaan ini menimbulkan reaksi keras dari para pemerhati masalah – masalah sosial yang kemudian mendorong timbulnya teori dependensi. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah Negara – negara dunia ke-tiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan), secara ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari Negara – negara lainnya (the development of underdevelopment); siapa sebenarnya yang menolong dan siapa yang ditolong ?. Andre Gunter Frank (1967) dianggap sebagai salah seorang tokoh pencetus teori Dependensi ini mengatakan bahwa keterbelakangan justru merupakan hasil dari kontak yang diadakan oleh negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Asumsi dasar dari teori Dependensi mencakup: 
1.                  Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia Ketiga.
2.                  Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh ‘faktor luar’.
3.                  Permasalah ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia Ketiga ke negara maju.
4.                  Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global.
5.                  Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan.
Teori Dependensi ini bukannya tanpa kekurangan, bahkan kritik yang dilomtarkan mungkin lebih banyak dari sanggahan terhadap teori Modernisasi (Suwarsono-So, 1991: 137).Salah satu persoalan yang luput dari perhatian teori Dependensi adalah kurangnya pembahasan tentang kolonialisme yang pernah tumbuh subur dikebanyakan negara-negara berkembang. Menurut perspeksif Dependensi, pemerintahan kolonial didirikan dengan tujuan menjaga stabilitas pemerintahan jajahan, dan pemerintahan ini tidak akan pernah dibentuk dengan tujuan untuk membangun negara pinggiran.
Dua orang pemerhati masalah pembangunan di Indonesia, Sritua Arief da Adi Sasono (1984) berusaha melihat masalah pembangunan ini dari sisi yang berbeda dengan apa yang dikembangkan Koentjaraningrat sebelumnya; mereka menggunakan teori Dependensi untuk menjelaskan persoalan pembangunan politikonomi Indonesia. Kajiannya dimulai dengan menguji kembali warisan kolonial Belanda yang ditinggalkan; seperti kebanyakan analisa sejarah yang lain tentang Indonesia, rentang weaktu kajian dimulai sejak diberlakukannya sistem tanam paksa.Bagi mereka, pelaksanaan tanam paksa dijadikan sebagai ‘pangkal tolak untuk melihat banguan struktural yang diwarisi Indonesia pada waktu negara ini merdeka’ (Suwarsono-So, 1991: 131).
Arief dan Sasono berpendapat bahwa sistem tanam paksa merupakan salah satu faktor terpenting yang bertanggung jawab terhadap berkembang suburnya keterbelakangan dan kemiskinan di Indonesia; selama masa tanam paksa tersebut telah terjadi pengalihan surplus ekonomi dari Indonesia ke Belanda dalam jumlah yang sangat besar. Disamping itu tanam paksa juga telah menjadikan semakin kecilnya jumlah petani yang berkecukupan, yang dengan kata lain telah membantu memperbanyak kaum ‘proletariat desa’. Dalam proses tanam paksa itu ternyata, fihak kolonial tidak ‘bekerja sendirian’, disini ada keterlibatan pemerintah lokal dalam membantu ‘keberhasilan’ sistem tanam paksa. ‘Dalam proses eksploitasi ini telah terjalin aliansi antara pemerintah kolonial Belanda di Indonesia …. Dan pihak – pihak penguasa feodal di Indonesia….’; pertalian kerja sama yang demikian tidak sulit untuk terjadi, keadaan mana membuat kaum aristokrat dan kaum feodal Indonesia memperoleh keuntungan ekonomis’ sekalipun jika dicermati, amat jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan yang diterima oleh pemerintahan kolonial.
Dalam kajian kurun waktu yang berbeda Arief dan Sasono mencoba menguji proses pembangunan Indonesia setelah era kemerdekaan, khususnya pada masa pembangunan ekonomi pemerintahan orde baru; obyek kajiannya menggunakan lima tolok ukur, yang akhirnya pada suatu kesimpulan bahwa situasi ketergantungan dan keterbelakangan sebagian besar telah atau sedang mewujud di Indonesia. Lima tolok ukur yang digunakan yaitu:
pertama, pertumbuhan ekonomi, pada masa ini ditandai dengan semakin lebarnya perbedaan antara kelompok yang mampu dan kelompok yang tidak mampu dengan ciri golongan miskin ternyata menjadi semakin miskin; keadaan ini bisa terjadi karena hancurnya industri kecil di perdesaan diserta dengan berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian dengan tidak diimbangi oleh timbulnya peluang kerja di sektor industri di perkotaan.
kedua, penyerapan tenaga kerja, Industri yang dikembangkan dengan semangat teknologi padat
modal ternyata ‘tidak banyak menyerap tenaga kerja’, sementara sektor pertanian yang telah mengalami derasnya proses mekanisasi tidak lagi mampu menampung tenaga kerja sebesar yang pernah dimiliki pada masa sebelumnya. Dalam keadaan yang demikian, maka tenaga kerja tidak memiliki pilihan lain yang tersedia, kecuali tterjun dalam pasar tenaga kerja sektor jasa
.
ketiga, proses industrialisasi, proses industrialisasi yang terjadi di Indonesia merupakan proses industri subtitusi impor yang dikembangkan memiliki sifat ketergantungan modal dan teknologi asing yang tinggi, dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang terjadi bukan merupakan pertumbuhan ekonomi yang bersentrum kedalam negeri, dan tidak berdasar pada dinamika yang ada.
keempat, pembiayaan pembangunan, karena sifat pertumbuhan ekonomi yang dimiliki dan model industrialisasi yang dipilih, mau tidak mau, hanya memiliki satu pilihan yaitu kebutuhan untuk selalu memperoleh modal asing, fenomena yang jelas menggambarkan suatu ketergantungan kepada fihak lain.
kelima, persediaan bahan makanan, bahwa sampai akhir tahun 1970 ternyata bangsa Indonesia belum memiliki kemampuan swasembada pangan, sehingga tidk mengherankan bila banyak dijumpai kebijaksanaan yang mengarah pada pencapaian tujuan ini.
Satu hal yang menarik dalam kajian dari masalah – masalah sosial adalah terbukanya kemungkinan berbagai disiplin ilmu yang ternaung dalam rumpun ilmu – ilmu sosial untuk melakukan kajian terhadap satu persoalan yang sama menurut kerangka pendekatan masing – masing obyek perhatiannya. Terjadinya dinamika dalam masyarakat membuka dan mendorong masing-masing disiplin ilmu untuk mendinamisir teori – teori yang telah dikembangkannya, fenomena ini sebenarnya secara tidak lengsung sebagai tanggapan dari pandangan Thomas Khun (1966) tentang paradigma ilmu pengetahuan dalam “The Structure Of Scientific Revolution”. Banyaknya pendekatan terhadap satu masalah yang selama ini sebenarnya memberikan keuntungan bagi perkembangan ilmu sosial secara umum karena:
a)      masalah itu dapat ditempatkan dan diterangkan secara proporsional dan obyektif.
b)      setiap bidang ilmu saling berkontribusi dan melengkapi kekurangannya masing – masing.
c)      teori-teori yang berkembang dalam ilmu sosial menjadi semakin kokoh.
Bangsa Indonesia tidak bisa luput dari fenomena pembangunan, cepat atau lambat, besar atau kecil, mudah atau sukar, proses pembangunan ini perlu untuk dilakukan. Berbagai cara untuk mencapainya diupayakan, yaitu dengan pemanfaatan secara optimal segala aspek sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada, sehingga mempunyai peran penting dalam lingkup lokal maupun global; sedemikian jauh jarak antara perbedaan tingkat kehidupan antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara maju lainnya, sehingga ‘harus’ dilakukan semacam ‘percepatan’ perubahan. Bahkan Alisyahbana menekankan secara tegas, bahwa perubahan masyarakat Indonesia itu harus mengacu pada nilai – nilai intelektualisme, individuliasme, egoisme, dan materialisme seperti yang hidup pada masyarakat Barat, nilai – nilai mana yang dianggap ekstrim atau bahkan tabu oleh sebagian besar warga masyarakat Indonesia. Analisa tentang proses pembangunan itu tidak semudah pengerjaan di belakang meja dan menurut alur logika saja, karena proses ini mengandung berbagai nilai – nilai dan perkembangan yang sulit untuk diperhitungkan; fenomena mana yang menjadikan kajian tentang masalah - masalah sosial tidak kering dan mati.


2.Kelebihan dan Kelemahan Masing-Masing Teori
Adam Smith (1723 – 1790
Kelebihan dan kekurangan teorinya adalah :
1.      Kelebihan:

2.      Kekurangan:
·           Pembagian masyarakat secara lugas (antara kapitalis & buruh).
·           Alasan tidak adil bagi kegiatan menabung (yang menabung hanya kapitalis, tuan tanah, lintah darat).
·           Asumsi yang tidak realistis tentang persaingan sempurna. (kebijaksanaan pasar bebas dari persaingan sempurna tidak ditemukakan di dalam perekonomian manapun.
David Ricardo (1772 – 1823)
Kelebihan dan kekurangan teorinya adalah :
1.      Kelebihan:

·         Pembangunan pertanian (pembangunan pertanian sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi)
·         Tingkat keuntungan (pemupukan modal tergantung pada kenaikan keuntungan)
·         Pentingnya tabungan (tabungan sangat penting bagi pemupukan modal)
·         Perdagangan L/N (perdagangan L/N akan membawa pemanfaatan sumberdaya secara maksimum & meningkatkan pendapatan.
·         Teori dinamis (perubahan penduduk, upah, sewah, keuntungan & lainnya terhadap pembangunan ekonomi)

2.      Kekurangan:
·         Mengabaikan pengaurh teknologi.
·         Pengertian yang salah tentang keadaan stationer.
·          Pengertian yang salah tentang penduduk.
·         Kebijaksanaan pasar bebas yang tidak dapat diterapkan.
·         Mengabaikan faktor-faktor kelembagaan.
·         Teori Ricardo adalah teori distribusi, bukan teori pertumbuhan.
·         Tanah juga menghasilkan selain gandum.
·         Modal dan buruh bukan koefisien tetap.
·         Mengabaikan tingkat suku bunga.
Thomas Robert Malthus
Kelebihan dan kekurangan teorinya adalah :
1.      Kelebihan:


2.      Kekurangan:
·         Pandangan negatif terhadap akumulasi modal.
·         Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal.
·         Komoditi tidak dipertukarkan dengan komuditi, tetapi dengan TK.
·         Konsumen tidak produktif memperlambat kemajuan.
·         Dasar tabungan bersisi satu.
TEORI SCHUMPETER
Kelebihan dan kekurangan teorinya adalah :
1.      Kelebihan:


2.      kekurangan:

·         Teorinya seluruhnya didasarkan pada INOVATOR yang dianggap sebagai pribadi yang ideal.
·         Pembangunan ekonomi akibat dari SIKLIS (perubahan pasang surut). Yang sebenarnya perubahan yang berkesinambungan.
·         Perubahan SIKLIS adalah akibat dari inovasi, hal ini tidaklah benar (siklis disebabkan; psikologis, natural, finasial).
·         Inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi.
·         Lebih menekankan pentingnya kredit bank.
·          Analisis mengenai proses peralihan kapitalis ke sosialis tidak benar.

TEORI KETERGANTUNGAN (DEPENDENCY)
Kelebihan dan kekurangan teorinya adalah :
1.      Kelebihan:
·         Menekankan aspek interrnasional
·         Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
·          Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara pinggiran.
·         Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan-perusahaan multinasional.
·         Membahas hubungan antar kelas yang ada di dalam negeri.
·         Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar kelas-kelas sosial, antar daerah, dan antar negara.

2.      Kekurangan:

·         Menyalahkan hanya kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan.
·         Konsep-konsep inti, termasuk konsep ketergantungan itu sendiri àkurang didefinisikan secara jelas.
·         Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
·         Sedikit sekali dibicarakan tentang proses yang memungkinkan sebuah negara dapat lepas dari teori tersebut.
·         Selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
·         Kurang membahas dengan teori lain (otonomi).

1.      Teori Pertumbuhan Lainnya
TEORI PERTUMBUHAN MENURUT ALIRAN BARU
Teori pertumbuhan yang akan dibahas disini adalah teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh pemenang hadiah Nobel, W. W. Rostow. Menurut Rostow proses pertumbuhan dapat dibedakan atas lima tahap dan setiap negara di dunia ini dapat digolongkan ke dalam salah satu diantaranya. Tahap-tahap pertumbuhan tersebut dikaji atas :
1.      masyarakat tradisional (the traditional society);
2.      prasyarat untuk lepas landas ( the preconditions for take off);
3.      lepas landas (the take off)
4.      tingkat kematangan (maturity);
5.      masa konsumsi tinggi ( the age of  high mass consumption)
Yang dimaksud dengan masyarakat tradisional adalah mayarakat yang dalam kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana (primitif), cara berpikirnya tidak rasional, kebiasaan hidupnya didasarkan pada warisan dari nenek moyang . Oleh karena hal-hal tersebut, tingkat produktivitas pun sangat terbatas. Dalam keadaan seperti itu Rostow mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi akan menyebabkan terjadinya perubahan segala aspek kehidupan mereka.
Pada masa transisi :
1.      Masyarakat mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan ekonomi
2.      Lebih terbuka terhadap ide-ide baru demi kemajuan hidupnya. Masa itu disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat lepas landas.
3.      Peranan ilmu pengetahuan pada masa itu sudah mulai aktif.

Setingkat diatas masa peralihan dinamakan masa lepas landas. Masa ini ditandai oleh adanya :
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
2.      Industri dan jasa
3.      Pendayagunaan sumberdaya manusia secara optimal
Biasanya, setelah industri berkembang dengan pesat, suatu negara mulai mapan kehidupan ekonominya, artinya :
1.        Sifat ketergantungan kepada negara lain telah dapat diatasi. Masa itu disebut sebagai masa perekonomian yang matang.
2.        Negara yang telah matang kehidupan perekonomiannya biasanya telah mampu memanfaatkan segala sumberdaya, baik alam maupun manusiasecar maksimal. Masa ini juga ditandai dengan adanya kritik terhadap berbagai hasil industrialiasi dan mulai menonjolkan peranan bidang jasa dalam kehidupan ekonominya.
Tahap akhir menurut pandangan Rostow yakni tahap konsumsi tinggi.Pada tahap ini masyarakat hanya tinggal memikirkan kesehjahteraan saja, berbagai masalah produksi dan distribusi dikesampingkan. Maka ini ditandai dengan adanya :
1.      perluasan pengaruh atau kekuasaan ke negara lain
2.     upaya secara terencana bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat dengan
mencukupi segala kebutuhan hidupnya.

KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto  riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau  berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
            Banyak para ahli yang mengemukakan tentang teori dan model pertumbuhan ekonomi seperti teori inovasi Schum Peter, model pertumbuhan ekonomi Harrot-Domar,model Input-Output Leontief model pertumbuhan Lewis, dan model pertumbuhan  ekonomi Rostow. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh elemen-elemen pertumbuhan ekonomi.
Beberapa elemen pertumbuhan ekonomi tersebut yaitu ;
•      sumber-sumber alam,
•      sumber-sumber tenaga kerja,
•      kualitas tenaga kerja yang rendah,
•      akumulasi kapital.
 Dalam pertumbuhan ekonomi peran pemerintah sangat penting untuk mendukung menciptakan suasana yang kondusif sehingga laju ekonomi dapat dicapai dengan baik.
Apabila suasana kondusif dalam suatu negara sudah tercipta maka minat para investor untuk menanamkan modalnya akan meningkat, persaingan perdagangan bagus dan masyarakat akan merasa aman dalam melakukan aktifitas sehari-harinya.


2 komentar: